Rasa Kata
>> Rabu, Maret 04, 2009
RASA KATA
Sumber : Yusrizal KW
LAPEH
Lapeh berarti lepas atau bebas. Orang Minang menyebut “lapeh” (lepas), untuk menjelaskan banyak hal, dalam konteks makna tertentu. Yang berkait dengan ayam saja, kita aikan mendengar “lapeh ayam” dan lapeh-lapeh ayam”. Walaupun sama pakai kata lapeh dan ayam, arti keduanya ternyata bisa berbeda.
Lapeh ayam berari dilepas begitu saja, tanpa diberi bekal apapun. Kadang, ada pula seorang suami sembari berseloroh kepada temannya, “Tadi di rumah lapeh ayam se nyo...Pergi cari lontong yuk.” Berarti, dia tidak sarapan atau ngopi, bisa jadi istrinya tidak sempat menghidangkan atau memang tabiat istrinya suka membiarkan tanpa hidangan pagi. Sang suami oke-oke saja, bak ayam dibukakan kandangnya, langsung pergi, berkeliaran sendiri. Kalau lapeh-lapeh ayam, ini lain pula ceritanya. Kalau belum dipercaya sepenuhnya, begitu kurang lebih maksudnya. Belum dibiarkan jalan sendiri, tau masih dalam pengawasan.
Nah, ingat, ada pula “lapeh salero”. Ini artinya melepas selera, untuk kenikmatan lidah. Makanya, kalau ada orang diam-diam pergi makan ke tempat yang enak, tidak mengajak teman dekat, pas ketahuan, maka sindirannya, “Pergi melepas selera sembunyi-sembunyi pula....” Lepas selera, bisa juga diartikan sebagai upaya mencari kenikmatan, lalu merasakannya dengan senang.
Nah kalau ada orang berteriak sambil menahan kesal, sudah lepas kijang ke rimba, aduh mak, tentulah ini yang dikatakan kiasan itu sebagai hilangnya kesempatan. Orang sudah berperang sejak pagi, peluang ada, tapi lengah, akhirnya diambil orang. Nah, karena tidak mau bertanggungjawab akan hilangnya kesempatan, “lepas” tangan. Tak mau bertanggungjawab, karena menganggap sebagai kesuksesan yang tertunda.
Kata lepas, sesungguhnya bermakna bebas, tidak ada yang mengikat dan merupakan wujud dari kekuasaan. Kelepasan artinya sesuatu yang tidak sengaja, mungkin karena lalai atau khilaf. Karena itu, ketika ada kata “lepas” ketika sesungguhnya ada kata “ikat”, “tahan”, “kunci”, dan “kurung”. Artinya banyak lawan kata untuk berbagai makna terhadap kata “lepas”. Untuk kata lepas saja, apalagi di Minang, banyak bisa makna dan arti kata yang bisa dikembangkan.
Orang lepas, berarti ungkapan itu, ia adalah orang yang tidak ingin menjadi pegawai negeri, diikat oleh aturan perusahaan swasta masuk dan keluar dengan disiplin tertentu yang menurutnya kaku. Maka, dia akan menyebut dirinya “Saya orang lepas”. Tapi orang lepas kadang bisa juga dinilai, manusia tanpa kepastian. Manusia kadang-kadang kerja, kadang-kadang nganggur, kadang-kadang bingung. Manusia lepas bisa juga berkonotasi positif, independen, tidak mengabdi dan tunduk pada kekuasaan mana pun. Hitam katanya hitam, putih katanya putih, idealis karena tidak ada jabatan yang dipertaruhkan.
Lepas dengan hati, berarti lepas di sini mengemban amanah ketulusan. Lepas itu adalah doa. Makanya di Minang ini, kadang sering kita dengar ungkapan, dilapeh jo hati nan janiah (dilepas dengan hati yang jernih). Maknanya mendalam. Bisa jadi, diantar pergi dengan doa dan harapan, semoga kelak menimbulkan rindu, untuk datang membawa senyum yang lepas, tak ada keraguan bahwa hidup adalah kebebasan yang indah.
Tapi lain pula halnyo, kalau ada orangtua berkata “alun ado yang lapeh lai” (belum ada yang lepas lagi), ini berari, bisa anaknya belum bekerja atau berkeluarga. Masih di bawah tanggungan kedua orangtua. Tetapi, bagi yang anaknya sudah bekerja atau berkeluarga, dia bisa saja berkata, agak lapang sedikit. Anak-anak alah lapeh (anak-anak sudah lepas).
Tetapi kata “lepas” tentulah sebuah kata, yang hakikatnya, kebebasan dan kelapangan sebagai sesuatu yang patut diraih, sesuai konteks makna positifnya.
0 komentar:
Posting Komentar