Rasa Kata

>> Rabu, April 29, 2009

IKIK

Pernah dengar kata “ikik”? Dulu anak-anak mengucapkan dia lebih unggul, lewat selangkah, lebih tinggi atau berada di depan di antara yang lainnya, menyebutnya sebagai ikik. Saya iki dari kamu, berarti dia menang.


Kalau masa kanak-kanak kita ada namanya main “ikik-ikian”, artinya bisa saja tentang permainan siapa yang palin jauh lemparannya, paling tinggi lompatannya, paling dulu larinya. Jelas ikik adalah kata untuk memaparkan sesuatu yang jelas, tak bisa dinafikkan, keberadaan keunggulan, kemenangan atau keduluan maupun ketinggian dibanding yang lain.


Kalau ada pemilihan langsung ketua RW di komplek kita, salah seorang yang dikatakan menang, karena suaranya lebih tinggi dibandingkan lawannya. Begitu juga, caleg-caleg yang gambar dan balihonya nampang dimana-mana saat ini, tak lain untuk meraih suara terbanya, karena yang paling ikik dialah yang akan duduk-dinyatakan menang.


Kalau ada orang tanding layang-layang, itu artinya lomba mana yang ikik mencucuk ke langit. Layang-layang dimainkan, benang diulur ke arah langit, nanti dinilai pandang oleh tim juri, siapa yang paling ikik dalam kriteria yang ditentukan, maka dialah pemenang.


Kata ikik merupakan (pula), kata pembanding. Kalau pertanyaannya, mana ikik pangkat menantu si Anu dengan menantu si Ani? Kalau dua-duanya sama direktur di perusahaan berbeda, maka jawabannya podo. Sama. Nah, dasar orang kita kadang ingin tampak paling ikik, maka penilaian ikiknya diperlebar. Sama-sama direktur oke. Tapi, mana besar perusahaan menantu si Anu dengan menantu si Ani? Begitulah adanya. Selalu orang hendak mencerminkan dirinya paling ikik. Menjelang pemilihan umum pada April 2009 ini, kita selalu, apakah suka atau tidak, berada di posisi orang-orang yang bertemu dengan entah siapa, yang foto balihonya di jalan besar hingga gang paling sempit, minta dicontreng. Minta dicontreng, pada kenyataannya merupakan perwujudan, pertama soal ingin ikik dalam pengumpulan suara, juga kemudian secara sosial, ingin merasa ikik pula.kalau dulu, kita biasa-biasa saja, sekarang (jika terpilih bersuara ikik), tentu saja ikiklah sedikit. Karena ikik di jabatan (dulu menganggur, merokok-roko saja kerja), karena iseng-iseng mencalonkan diri di partai, eh tahu-tahu ikik dalam pengumpulan suara, kita pun akan lebih percaya diri bicara. Tak jarang, perasaan ikik daripada orang lain, membuat kita merasa (sok) pintar, sehingga setiap bicara/pidato, menghimbau dan menggurui orang lain.


Dalam hidup bergaul-berteman banyak, kita tak jarang orang ngomong tak mau kalah. Dia ingin paling ikik. Kalau hebat, dialah yang paling hebat. Kalau pintar, dialah yang pintar. Kalau ketua,dialah yang harus jadi ketua. Kalau makan, dialah yang harus dulu menyanduk nasi. Pokonya dia ingin lebih tampak hebat, tinggi, pintar dan sebagainya dibanding yang lain.


Kata ikik terkesan sebagai kata untuk mengukur sebuah permainan. Di dalamnya ada makna yang bisa kita tuai, bahwa kosakata Minang ini : ikik, sudah jarang digunakan orang, apalagi generasi terkini. Karena apa? Sudah banyak kata pengganti yang sepadan, “ikik” dari kata ikik itu sendiri. Tetapi kata ikik, tentulah ada yang menarik, jika masih ada kelompok tertentu orang Minang yang menggunakannya. Berharap mengapresiasi bahasa Minang, di tengah keluarga orang Minang yang telah mentradisi berbahasa Indonesia di rumah dan dalam komunikasi harian dengan ayah, ibu, anak, dan adik-kakak dalam bahasa Indonesia, kata “ikik” mungkin mati tercekik. Kita hanya mungkin bisa bertanya ke orang tua-tua dahulu, atau buka kamus bahasa Minang, “ikik” itu apa?


Ikik sama dengan melebihi. Ikik adalah kata yang akhirnya kita pahami: kesimpulan akhir yang gemilang dibanding kelompok pengukurnya. Aku ikik dari kamu, karena aku memiliki nilai lebih dibanding kamu. Aku profesional, kamu tidak. Makanya aku lebih ikik dari kamu, sebagaimana kamu lebih ikik dari aku di bidang futsal.


Ikik adalah kepastian: ada yang unggul, kita harus bertepuk tangan, agar ikik yang diraih terasa sebagai suatu kebahagiaan.

0 komentar:

About This Blog

Lorem Ipsum

  © Blogger templates Palm by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP